Masa-masa
SMA, penuh cerita, masa yang paling labil, labil sekali, sampai-sampai rasanya
saya hanya sebagai penonton otak puber ini mengembara di masa SMA.
Masa SMA, masa
dimana saya pertama kalinya belajar
berorganisasi, tak tanggung-tanggung, 2 ekstra saya ketuai, satu seksi bidang OSIS saya pimpin. Pramuka sebagai organisasi “kreatifitas”, ekstra lukis
sebagai “seni”, osis sebagai “managemen”.
Hasilnya mungkin nihil pada bidang managemen,
saya akui bahwa saya mungkin tidak terlalu tertarik pada bidang ini, bidang kreatif berjalan
mulus, tapi yang paling saya gemari adalah bidang seni, lukis, indah sekali
rasanya melakukan proses itu.
Dibimbing guru
senior seni rupa, Bapak Nyoman Wartana, saya mulai tertarik dengan “cat dan ide
“ khas tradisional Pulau Bali. Bliau juga spesialis gambar tradisional. Bliau pernah
bilang “pelajari dulu yang dirumah, kalau sudah paham baru pelajari milik
tetangga”. Saya setuju sekali dengan pendapat bliau itu.
Suatu saat, ekstra
mungil bernuansa seni ini diundang untuk meramaikan PENSI sekolah yang kerap
dibilang marfest singkatan dari malini art festival , di acara marfest ada showroom,
isinya berbagai karya anak-anak eksta kurikular sekolah, sebagai satu-satunya
ekstra seni rupa di sekolah tujuan para
saintis itu, sebagai OSIS dan juga panitia acara tersebut, saya sangat
memahami bahwa keberadaan karya kami sangat diharapkan untuk menghiasi dinding
showroom. Oleh sebab itu, Tak tanggung-tanggung, saya yang diberi otoritas
sebagai ketua oleh Pembina untuk menyusun rencana kegiatan ekstra , saya beri
kebijakan untuk membuat minimal 2 karya sebagai tugas akhir semester dan akan
dipajang di showroom marfest, Pembina pun setuju.
Kerja demi kerja ,
akhirnya kami siap dengan karya-karya kami, ternyata karya teman-teman yang
akan di pamerkan rata-rata lebih dari tiga karya, saya sebagai ketua dan secara
tidak langsung punya beban moral sebagai panutan, berkomitmen minimal
saya juga harus lebih dari dua karya, akhirnya saya selesaikan 3 lukisan, dan 1
gambar “BOB MARLEY” yang saya buat waktu SMP akan saya pamerkan pada Pensi
Sekolah.
Gambar diatas adalah salah satu dari 4 karya saya yang
dipamerkan, judulnya “THE MAGIC OF BARONG” seperti biasa, style lukisan Bali
saya gabungkan dengan metode lukis modern. Banyak apresiasi terhadap lukisan
ini. Terima kasih.
Banyak pengunjung
showroom yang berkunjung ke showroom dan hanya ingin melihat lukisan karya anak ekstra
lukis, buku tamu juga banyak diisi dengan komentar-komentar pujian terhadap
karya anak ekstra lukis, saya senang sekali, Akhirnya sebagai ekstra yang baru
bangkit dari hibernasi, ekstra lukis
SMAN 1 Gianyar, dapat membuktikan bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas,
dan juga membuktikan bahwa di DOSMAN (sebutan sekolah saya) terdapat potensi seni yang dimiliki oleh siswa siswinya
yang perlu dikembangkan sebagai upaya nyata menjaga kesenian BALI. Kesenian
Bali tak perlu teori penyelamatan, tapi perlu aksi nyata!