Search

Content

Masa SMA, Mendalami Corak Lukisan Tradisional Ibu Pertiwi (Part I)




Masa-masa SMA, penuh cerita, masa yang paling labil, labil sekali, sampai-sampai rasanya saya hanya sebagai penonton otak puber ini mengembara di masa SMA.
Masa SMA, masa dimana saya pertama kalinya  belajar berorganisasi, tak tanggung-tanggung, 2 ekstra saya ketuai, satu seksi bidang OSIS saya pimpin. Pramuka  sebagai organisasi “kreatifitas”, ekstra lukis sebagai “seni”, osis sebagai “managemen”.
 Hasilnya mungkin nihil pada bidang managemen, saya akui bahwa saya mungkin tidak terlalu tertarik  pada bidang ini, bidang kreatif berjalan mulus, tapi yang paling saya gemari adalah bidang seni, lukis, indah sekali rasanya melakukan proses itu.
Dibimbing guru senior seni rupa, Bapak Nyoman Wartana, saya mulai tertarik dengan “cat dan ide “ khas tradisional Pulau Bali. Bliau juga spesialis gambar tradisional. Bliau pernah bilang “pelajari dulu yang dirumah, kalau sudah paham baru pelajari milik tetangga”. Saya setuju sekali dengan pendapat bliau itu.
Suatu saat, ekstra mungil bernuansa seni ini diundang untuk meramaikan PENSI sekolah yang kerap dibilang marfest singkatan dari malini art  festival , di acara marfest ada showroom, isinya berbagai karya anak-anak eksta kurikular sekolah, sebagai satu-satunya ekstra seni rupa di sekolah tujuan para saintis itu, sebagai OSIS dan juga panitia acara tersebut, saya sangat memahami bahwa keberadaan karya kami sangat diharapkan untuk menghiasi dinding showroom. Oleh sebab itu, Tak tanggung-tanggung, saya yang diberi otoritas sebagai ketua oleh Pembina untuk menyusun rencana kegiatan ekstra , saya beri kebijakan untuk membuat minimal 2 karya sebagai tugas akhir semester dan akan dipajang di showroom marfest, Pembina pun setuju.
Kerja demi kerja , akhirnya kami siap dengan karya-karya kami, ternyata karya teman-teman yang akan di pamerkan rata-rata lebih dari tiga karya, saya sebagai ketua dan secara tidak langsung punya beban moral sebagai  panutan, berkomitmen minimal saya juga harus lebih dari dua karya, akhirnya saya selesaikan 3 lukisan, dan 1 gambar “BOB MARLEY” yang saya buat waktu SMP akan saya pamerkan pada Pensi Sekolah.

Gambar diatas adalah salah satu dari 4 karya saya yang dipamerkan, judulnya “THE MAGIC OF BARONG” seperti biasa, style lukisan Bali saya gabungkan dengan metode lukis modern. Banyak apresiasi terhadap lukisan ini. Terima kasih.

Banyak pengunjung showroom yang berkunjung ke showroom dan  hanya ingin melihat lukisan karya anak ekstra lukis, buku tamu juga banyak diisi dengan komentar-komentar pujian terhadap karya anak ekstra lukis, saya senang sekali, Akhirnya sebagai ekstra yang baru bangkit dari hibernasi, ekstra lukis SMAN 1 Gianyar, dapat membuktikan bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas, dan juga membuktikan bahwa di DOSMAN (sebutan sekolah saya) terdapat  potensi seni yang dimiliki oleh siswa siswinya yang perlu dikembangkan sebagai upaya nyata menjaga kesenian BALI. Kesenian Bali tak perlu teori penyelamatan, tapi perlu aksi nyata!

Powered by Blogger.