Content
Showing posts with label Karya saya. Show all posts
Showing posts with label Karya saya. Show all posts
Identitas Arsitektural Warisan Nenek Moyang Perlu Dikembangkan
“ketika arsitektur di seluruh dunia berkembang, maka arsitektur Bali juga berkembang, tapi lebih ke ‘proporsi’, dan mempertahankan ornament-ornamen gaya ghotic ala Pulau Dewata”
Karya terakhir saya di SMA, ketika
saya mendapat “client” anak kelas XII untuk mengatur dekorasi show mereka yang
berupa music kontemporer, saya hadirkan gaya ukiran yang saya kembangkan sendiri.
Disini juga saya lampirkan,
bagaimana saya menghadirkannya. Yang notabene hanya 1 malam, hampir 1 jam gambar
tangan, 3 jam ngantre di warnet untuk scanning image dan internetan ngk jelas, lalu
editing sampe jam 3 pagi.
Ada yang nyeletuk, “ini mustahil
dilakukan oleh anak SMA”, ada guru yang nyeletuk “ini pasti dapat di internet”,
ada yang nyeletuk “ini siswa alient”, tapi ternyata itu hanyalah karya dari
seorang anak petani Pulau Bali yang bangga akan warisan arsitektur nenek
moyangnya, Udagi!
Untuk anak Kelas XII IA 2, Terima kasih
atas kepercayaan kalian dan apresiasi kalian.
Posted by
Unknown
Labels:
About Me,
Arsitektur,
Karya saya,
Kuliah,
lukisan,
My Art,
Perancangan Arsitektur,
Serba Arsitektur,
Tugas Kuliah
Introducing The Undagi Polos' Logo. Your Design Must To Get UP!
This is my font, it was designed by my self, and also the logo, simple with two
words, U and P that stand for UNDAGI POLOS,
yeah, the architecture and interior design must to get UP! J
Entrance, "Entrance" to Architecture its self.
“Disain bukan hanya tentang bagaimana suatu
hal terlihat atau terasa, tapi juga tentang bagaimana itu bekerja”.
Tugas kecil terakhir dalam mata kuliah Perancangan arsitektur I, yaitu merancang sebuah entrance
untuk jurusan arsitektur. Terasa banget ngarsitekturnya.
Foto-foto diatas adalah penyelesaian saya untuk tugas ini, mencoba
merancang yang simple.
Komposisi dan Proporsi. Dua Asas Yang Paling Berpengaruh

“Dalam arsitektur yang sering membingungkan
itu adalah menentukan komposisi dan proporsi, sayapun sering merasa kesulitan pada
asas-asas tersebut dalam mendisain” –said Eko Prawoto at "mungil'mungil" KPP
Arsitektur ITS angkatan 2012.
Kembali ke aktifitas mata kuliah utama :: perancangan arsitektur, pada
semester I, ada tugas yang khusus melatih komposisi dan proporsi, tugas ke-5,
yaitu mahasiswa arsitektur ITS angkatan 2012 dibimbing untuk membuat komposisi “perabotan”
dengan penggambaran siluet dua dimensi dengan kertas origami berwarna dengan
memperhatikan proporsi dan tentu komposisinya.
Nampaknya mudah, tapi silahkan saja
coba! Kalau membuat karya yang “ya sudahlah” memang gampang, tapi membuat karya
yang dapat diapresiasi positif apalagi oleh seorang Ir. M. Salatoen Poedjiono,
MT itu bukanlah berkara yang gampang, perlu kesungguh-sungguhan dan konsentrasi.
Setelah membuat siluet gubahan
komposisi dengan kertas origami,
maka diinstruksikan untuk membuat gambar tiga dimensinya dengan sketsa tangan,
untuk melatih sketsa tangan mahasiswa tentunya.
Kerja demi kerja akhirnya saya dapat
menyelesaikan tugas tersebut. Foto-foto diatas adalah hasil kerja saya untuk
memenuhi tugas ini, semoga mendapat apresiasi positif oleh sang guru.
BOB MARLEY
Masa-masa SMP mata pelajaran kesenian. disuruh gambar "pahlawan", saya coba gambar "pahlawan" pemusic reggae.
Masa SMA, Mendalami Corak Lukisan Tradisional Ibu Pertiwi (Part III)
Menyambung pembicaraan
tentang masa SMA , foto diatas adalah juga salah satu dari 4 karya saya
yang dipamerkan pada showroom marfest (baca postingan sebelumnya :: MASA
SMA, MENDALAMI CORAK LUKISAN TRADISIONAL IBU PERTIWI (PART I)
Ini adalah
salah satu lukisan yang saya paling sukai, saya suka ceritanya, kebetulan saya dari
kecil sangat suka dengan cerita-cerita kepahlawanan atau kisah pewayangan yang
kebanyakan sangat inspiratif, sangat efektif untuk menyebarkan sebuah semangat
dan pemikiran kemoralan dengan menerjemahkannya kedalam sebuah epos, bilanglah
epos Mahabarata atau Ramayana adalah dua contoh cerita yang sangat inspiratif,
sangat jenius, menterjemahkan suatu kitab suci dengan memberi contoh aplikasi
nyata dalam sebuah epos. Weda bukan untuk dihapal atau di’gembar
gemborkan’ tapi dimengerti, dan dipraktikan.
Dalam
lukisan ini masih dengan corak yang sama, yaitu Balinese panting style, saya
mengangkat dua tokoh utama dalam lukisan ini, Hanoman dan Anggada atau kera
putih dan kera merah, seperti judul yang saya berikan pada lukisan ini yaitu “MARUKTI
NGADA”, marukti artinya Hanoman, ngada artinya Anggada. Mereka adalah
tokoh-tokoh wanara dalam epos Ramayana, dua kesatria yang sangat
setia kepada Sri Rama.
Lukisan
ini terinspirasi dari salah satu pelukis ternama dan kebanggaan pulau dewata
yaitu Gusti Nyoman Lempad, maestro lukis tradisional yang sangat terkenal dalam
dunia seni lukis.
Saya ingin
menampilkan suatu lukisan yang menampilkan gesture-gestur dinamis
objek-objeknya, seakan mereka bergerak, saya juga mengembangkan teknik realis
yang saya campur dengan gaya tradisional dengan memperlihatkan “bentuk susunan
tubuh” objek dalam lukisan ini, Pembina saya, Bapak Nyoman Wartana, sangat
mengapresiasi lukisan ini.
Kita bisa
lihat, jika kita berkerjasama, kita dapat mengatasi masalah yang terasa sangat
berat, seperti apa yang tersirat dalam lukisan ini. Hanya perlu kepekaan. Muskoni.
Masa SMA, Mendalami Corak Lukisan Tradisional Ibu Pertiwi (Part II)
Ilmu seperti dua mata pisau, dapat berguna
dan atau juga berbahaya.
Foto diatas adalah
juga salah satu dari 4 karya saya yang
dipamerkan pada showroom marfest (baca
postingan sebelumnya :: MASA SMA, MENDALAMI CORAK LUKISAN TRADISIONAL IBU
PERTIWI (PART I)
Pada pembuatan Lukisan
ini saya terbayang untuk menghadirkan kesan magis, dengan menggambaran tokoh-tokoh
pada mitos daerah yang popular, dan pemilihan warna yang bernuansa "MAGIC", lukisan
ini saya beri judul “CARU”.
Di pulau Bali, “Caru”
adalah suatu prosesi untuk
menyeimbangkan alam dengan menetralisir kekuatan atau energy negative sehingga
antara energy negative dan energy positif terjadi keseimbangan.
Dalam lukisan ini
saya gambarkan dua orang tokoh punakawan popular
di Bali, sedang menangkap seorang raksasa atau lebih dikenal dengan istilah celuluk. Menceritakan sebuah proses
netralisasi energy negative yang menjadi tujuan dari “caru” itu sendiri.
Masa SMA, Mendalami Corak Lukisan Tradisional Ibu Pertiwi (Part I)
Masa-masa
SMA, penuh cerita, masa yang paling labil, labil sekali, sampai-sampai rasanya
saya hanya sebagai penonton otak puber ini mengembara di masa SMA.
Masa SMA, masa
dimana saya pertama kalinya belajar
berorganisasi, tak tanggung-tanggung, 2 ekstra saya ketuai, satu seksi bidang OSIS saya pimpin. Pramuka sebagai organisasi “kreatifitas”, ekstra lukis
sebagai “seni”, osis sebagai “managemen”.
Hasilnya mungkin nihil pada bidang managemen,
saya akui bahwa saya mungkin tidak terlalu tertarik pada bidang ini, bidang kreatif berjalan
mulus, tapi yang paling saya gemari adalah bidang seni, lukis, indah sekali
rasanya melakukan proses itu.
Dibimbing guru
senior seni rupa, Bapak Nyoman Wartana, saya mulai tertarik dengan “cat dan ide
“ khas tradisional Pulau Bali. Bliau juga spesialis gambar tradisional. Bliau pernah
bilang “pelajari dulu yang dirumah, kalau sudah paham baru pelajari milik
tetangga”. Saya setuju sekali dengan pendapat bliau itu.
Suatu saat, ekstra
mungil bernuansa seni ini diundang untuk meramaikan PENSI sekolah yang kerap
dibilang marfest singkatan dari malini art festival , di acara marfest ada showroom,
isinya berbagai karya anak-anak eksta kurikular sekolah, sebagai satu-satunya
ekstra seni rupa di sekolah tujuan para
saintis itu, sebagai OSIS dan juga panitia acara tersebut, saya sangat
memahami bahwa keberadaan karya kami sangat diharapkan untuk menghiasi dinding
showroom. Oleh sebab itu, Tak tanggung-tanggung, saya yang diberi otoritas
sebagai ketua oleh Pembina untuk menyusun rencana kegiatan ekstra , saya beri
kebijakan untuk membuat minimal 2 karya sebagai tugas akhir semester dan akan
dipajang di showroom marfest, Pembina pun setuju.
Kerja demi kerja ,
akhirnya kami siap dengan karya-karya kami, ternyata karya teman-teman yang
akan di pamerkan rata-rata lebih dari tiga karya, saya sebagai ketua dan secara
tidak langsung punya beban moral sebagai panutan, berkomitmen minimal
saya juga harus lebih dari dua karya, akhirnya saya selesaikan 3 lukisan, dan 1
gambar “BOB MARLEY” yang saya buat waktu SMP akan saya pamerkan pada Pensi
Sekolah.
Gambar diatas adalah salah satu dari 4 karya saya yang
dipamerkan, judulnya “THE MAGIC OF BARONG” seperti biasa, style lukisan Bali
saya gabungkan dengan metode lukis modern. Banyak apresiasi terhadap lukisan
ini. Terima kasih.
Banyak pengunjung
showroom yang berkunjung ke showroom dan hanya ingin melihat lukisan karya anak ekstra
lukis, buku tamu juga banyak diisi dengan komentar-komentar pujian terhadap
karya anak ekstra lukis, saya senang sekali, Akhirnya sebagai ekstra yang baru
bangkit dari hibernasi, ekstra lukis
SMAN 1 Gianyar, dapat membuktikan bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas,
dan juga membuktikan bahwa di DOSMAN (sebutan sekolah saya) terdapat potensi seni yang dimiliki oleh siswa siswinya
yang perlu dikembangkan sebagai upaya nyata menjaga kesenian BALI. Kesenian
Bali tak perlu teori penyelamatan, tapi perlu aksi nyata!
Warna, Jangan Salah Warna!
Warna adalah kroma,
aura , istimewa, hidup ini penuh warna.
Warna, terkadang membuat karya
arsitektural sangat terasa hidup, tapi berhati-hatilah menggunakan warna,
banyak juga karya arsitektural malah kelihatan nora karena pemilihan warna yang
tidak sesuai.
Pada
tugas perancangan arsitektur kali ini, kami mahasiswa arsitektur ITS angkatan
2012 dibimbing untuk mengkomposisikan warna-warna dengan sedermikian rupa agar
terasa suatu kesatuan atau unity. Pada pengumpulan tugas ini saya perhatikan
karya-karya dari mahasiswa lain, lalu saya renungkan, saya berpikir bahwa cara
mereka memilih warna mendeskripsikan bagaimana kepribadian mereka.
Gambar diatas
adalah gambar karya saya untuk memenuhi tugas ini, jingga Nampak begitu indah. Totally
look elegant isn’t it?
Batang Menikah Dengan Lempeng, Punya Anak Si "lempengdanbatang"
Lempeng, batang, lempeng dan batang atau batang dan lempeng dasar bentuk bangunan. Asyik.
Coba perhatikan
bangunan di sekitar kita, mereka tersusun dari berapa tipe bentuk? Ada yang
bertipe batang seperti kolom, balok, dan unsure-unsur batang yang lain, coba perhatikan
tembok, atap, lantai, mereka nampak seperti
sebuah lempeng kan? Itulah dasar bentuk bangunan, batang dan lempeng.
Pada tugas
perancangan arsitektur kali ini, kami mahasiswa arsitektur ITS angkatan 2012
dibimbing untuk mengkolaborasikan bentuk batang dan lempeng dengan sedemikian
rupa agar terbentuk suatu gubahan yang estetik.
Coba memcoba untuk dicoba, akhirnya saya
membentuk lempeng dengan cara dilengkungkan dan batang-batang saya sisipkan di
perimpitan lempeng-lempeng sehingga menyerupai sayap. Bentuknya serasa mungil
mungil, itu gambarnya di atas. Look cute isn’t it?
Geometris, Gampang-Gampang Susah.
Kotak, Bola, Kubus, Kerucut, Tabung , Limas Itulah Keluarga Geometris yang Berbahagia. hahahahahahaha
Façade Arsitektural yang paling sederhana adalah berbentuk bangun geometris. Simple dan mudah dikenali itulah ciri dari bangun geometris dalam arsitektural, pada tugas Perancangan Arsitektur I ini yang dibimbing oleh Ir. M. Salatoen Poedjiono, MT, kami mahasiswa arsitektur ITS angkatan tahun 2012 dibimbing untuk dapat menghadirkan suatu gubahan bangun-bangun geometris yang menghadirkan unsure estetika dan diharapkan agar cocok untuk diletakan di sebuah taman sebagai sculpture.
Pada tugas ini saya mengkolaborasikan bentuk limas alas segitiga dengan kerucut, dimana bentuk limas tersebut saya “rotare” sedemikian rupa agar hanya salah satu sudutnya yang menjadi tumpuan seluruh massa pada alasnya. Pada sudut yang berlawanan saya tancapkan Kerucut yang sebelumnya saya balik. Saya mengusahakan untuk menghadirkan suatu gubahan yang dapat memberi nuansa dinamis dengan menggeser kerucut yang terbalik seperti “menengok” ke arah samping. Penambahan fariasi penghias seperti pola-pola dalam bangun geometri yang digunakan bertujuan sebagai “penggembira” agar bangun geometrinya tidak “membosankan”.
Komunikasi Arsitektur, Kau Sedikit tapi Banyak
Arsitektur
oh arsitektur, kau bisa berpuisi oh
arsitekturku, kau bisa menari oh arsitekturku, kau bisa tersenyum oh
arsitekturku. Kau bagaikan agnez monika oh arsitekturku. :D
Praktek arsitektur tidaklah
autis, bidang arsitektur perlu bekerja sama dengan disiplin ilmu yang lain
untuk menghasilkan suatu karya yang memenuhi atau memecahkan problem yang ada.
Dalam kerja sama tersebut sangat diperlukan sebuah komunikasi agar apa yang di
rancang oleh sang arsitek dapat dimengerti oleh orang lain yang bisa jadi juga
arsitek atau bukan arsitek tapi orang dari disiplin ilmu lain, atau mungkin
orang awam.
Terkadang
suatu rencana sangat sulit dikomunikasikan hanya dengan kata-kata verbal. Perlu
penggambaran, itu yang secara prinsipnya terjadi pada arsitektur. Yaa,
arsitektur berkomunikasi dengan gambar, gambar arsitektural atau gambar teknik,
yamg kedepannya juga perlu dikolaborasikan dengan kecakapan berkomunikasi
secara verbal untuk me’mantapkan’ penyampaian
gagasan seorang arsitek kepada orang lain.
Dan kami
mahasiswa yang tersesat di jurusan art
engineering ini perlu hal yang membahas bahasa
arsitektural, ya kami perlu mata kuliah komunikasi arsitektur yang selanjutnya
disingkat menjadi Kom’ars.
Kom’ars , oh Kom'ars kau Sedikit tapi banyak. sks mu sedikit tapi tugasmu banyak.