Menyambung pembicaraan
tentang masa SMA , foto diatas adalah juga salah satu dari 4 karya saya
yang dipamerkan pada showroom marfest (baca postingan sebelumnya :: MASA
SMA, MENDALAMI CORAK LUKISAN TRADISIONAL IBU PERTIWI (PART I)
Ini adalah
salah satu lukisan yang saya paling sukai, saya suka ceritanya, kebetulan saya dari
kecil sangat suka dengan cerita-cerita kepahlawanan atau kisah pewayangan yang
kebanyakan sangat inspiratif, sangat efektif untuk menyebarkan sebuah semangat
dan pemikiran kemoralan dengan menerjemahkannya kedalam sebuah epos, bilanglah
epos Mahabarata atau Ramayana adalah dua contoh cerita yang sangat inspiratif,
sangat jenius, menterjemahkan suatu kitab suci dengan memberi contoh aplikasi
nyata dalam sebuah epos. Weda bukan untuk dihapal atau di’gembar
gemborkan’ tapi dimengerti, dan dipraktikan.
Dalam
lukisan ini masih dengan corak yang sama, yaitu Balinese panting style, saya
mengangkat dua tokoh utama dalam lukisan ini, Hanoman dan Anggada atau kera
putih dan kera merah, seperti judul yang saya berikan pada lukisan ini yaitu “MARUKTI
NGADA”, marukti artinya Hanoman, ngada artinya Anggada. Mereka adalah
tokoh-tokoh wanara dalam epos Ramayana, dua kesatria yang sangat
setia kepada Sri Rama.
Lukisan
ini terinspirasi dari salah satu pelukis ternama dan kebanggaan pulau dewata
yaitu Gusti Nyoman Lempad, maestro lukis tradisional yang sangat terkenal dalam
dunia seni lukis.
Saya ingin
menampilkan suatu lukisan yang menampilkan gesture-gestur dinamis
objek-objeknya, seakan mereka bergerak, saya juga mengembangkan teknik realis
yang saya campur dengan gaya tradisional dengan memperlihatkan “bentuk susunan
tubuh” objek dalam lukisan ini, Pembina saya, Bapak Nyoman Wartana, sangat
mengapresiasi lukisan ini.
Kita bisa
lihat, jika kita berkerjasama, kita dapat mengatasi masalah yang terasa sangat
berat, seperti apa yang tersirat dalam lukisan ini. Hanya perlu kepekaan. Muskoni.