Search

Content

Nama Saya Muskoni, Lalu Kenapa? Itu Juga Keren!


Nama adalah sebuah anugerah yang sangat bermakna dan biasanya diberikan oleh orang tua kita masing-masing atau keluarga. Nama bukanlah sekadar kata yang tanpa makna atau tujuan, tapi dibalik kata-kata yang di istilahkan sebagai "nama" biasanya terkandung cerita, harapan, bahkan tujuan yang diberikan semenjak nama tersebut menghiasi hidup orang yang bersangkutan.
Saya orang asli Pulau Bali, Bape (ayah) saya orang Bali, Meme (Bunda) saya orang Bali. Umumnya Nama-nama orang pulau  Bali meliki ciri khas seperti tempat-tempat lain di penjuru Nusantara bahkan dunia. Orang Bali biasanya menggunakan 'I" atau "Ni' sebagai tanda jenis kelamin atau gender pada suatu nama, I untuk pria, Ni untuk wanita. pada Warna sudra, nama depan biasanya memakai istilah yang menandai urutan kelahiran yaitu sebagai anak sulung, anak kedua, ketiga, atau keempat dan seterusnya.
Wayan atau Putu adalah istilah bagi anak sulung, Made atau Kadek adalah istilah bagi anak kedua, Nyoman atau Komang adalah anak ketiga, dan Ketut adalah anak keempat yang seharusnya adalah anak terakhir, tapi jika mempunyai anak lagi, maka anak kelima nama depannya adalah Wayan Balik, anak ke enam Made Balik, dan seterusnya, tinggal ditambah "balik" saja.
Nama belakang orang Pulau Bali juga terbilang khas, biasanya menggunakan kata-kata dari bahasa sansekerta seperti Bratha, Suputra, Dharma, Sura dan sejenisnya,  atau bali kuno seperti Sadia, Bagia, Sucipta, dan sejenisnya, ada juga yang memilih nama karena suatu kejadian yang terjadi pada saat bayi tersebut dilahirkan atau ketika masih dikandung, seperti Genting, Aman, Ribut, Glebet dan sejenisnya.
Tapi jaman sekarang nama-nama orang Pulau Bali mulai berfariasi,banyak terdapat nama-nama yang menerima serapan kata-kata asing, bahkan tak jarang yang sudah tidak mengunakan tradisi nama depan dan "I" atau "Ni", mungkin gengsi atau silau akan globalisasi atau karena alasan lain, tapi itu adalah hak setiap orang untuk "menamai" anaknya atau keluarganya sesuai harapan dan tujuan dari si pemberi nama, walaupun sebenarnya menjaga identitas budaya sendiri menurut saya lebih baik dan keren.
Artinya, tetap saja nama itu bermakna, bagaimanapun dan apapun itu.
Lalu saya, nama lengkap saya "I Nyoman Muskoni". untuk diketahuai saja, dimanapun tempat baru yang saya singgahi dan berinteraksi dengan orang-orang dalam lingkungan tersebut, pasti ada saja yang bertanya tentang makna dari nama saya. terkadang malas juga untuk menjelaskan, terkadang malah di'plesetkan', terkadang juga ditertawakan. tapi itulah dunia, selalu begitu dan seperti itu.
Orang tua saya bisa dibilang berdarah seni, tapi bukan pujangga atau sastrawan, hanya seorang petani yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan seni. Seni terkadang merubah cara pandang manusia, terkadang mengganggap hal yang besar sebagai hal yang kecil, dan sebaliknya.
Kembali lagi ke nama, sekarang kalian sudah tau arti nama depan saya "I Nyoman", ya, anak laki-laki ketiga. lalu Muskoni, apa artinya? agak mirip nama  orang pulau jawa ( menurut sekitar 40% dari orang-orang yang berpendapat), agak mirip nama orang Jepang (menurut sekitar 30% dari orang-orang yang berpendapat) ada juga yang mengatakan mirip nama orang italia. 
            kalian mungkin dapat berpersepsi apapun tentang nama tersebut, tapi yang sebenarnya paling mengerti adalah si pemberi nama, yaitu Bape saya, suatu waktu ketika masih SD saya sempat bertanya kepada Bape saya tentang arti kata "Muskoni" setelah sebelumnya saya ditanyai oleh guru saya disekolah dan saya tidak dapat menjawabnya. 
Sampai dirumah Saya bertanya dengan serius “ Pe, apa sebenarnya arti nama Muskoni?”
Bape saya tersenyum dan berkata “ kenapa? Itu kan bagus”
Saya membalas “ya tapi apa artinya?”
Bape saya “kamu lihat kaset kaset Mus Mulyadi di mobil ? Bape dulu senang sekali dengan Mus Mulyadi, penyanyi kroncong beken ketika bape masih truna (bujang), suaranya merdu, gayanya elegan dan menawan, dan pada waktu itu Bape ingin kelak jika memiliki anak cowok bakal bape beri nama Mus”
Saya “terus Koni?”
Bapa “dulu ketika Bape Bujang dan masih menekuni dunia seni rupa ‘seni patung’, bape punya teman dari jepang yang sering membeli hasil karya bape, dia sangat akrab dengan bape dan keluarga bape,orangnya dermawan, murah senyum dan berselera seni tinggi serta sukses, namanya Koni, bape rasa nama itu sangat manis, koni, koni, manis jika terdengar di telinga bape, dan bape waktu itu bercita-cita jika kelak memiliki anak cowok, maka bape akan beri nama MusKoni,”
Saya peluk bape saya , Saya tersenyum, saya tau bape saya bukan ahli sastra, yang mengetahui kata-kata indah dan bermakna, juga bukan seorang ahli agama yang mengetahui istilah-istilah yang bermakna mulia, tapi setidaknya bliau punya alasan dan rencana atau harapan ketika bliau “menyematkan” kata  “MusKoni” sebagai nama saya. Saya bangga, saya bangga. Muskoni, Muskoni, nama yang relative mudah diingat (faktanya banyak orang yang saya tidak tau namanya tapi malah tau nama saya, terutama di sekolahan, setelah acara kampus banyak yang menyapa dengan memanggil nama saya ,senior dan dosen juga begitu) mungkin itu salah satu berkah memiliki nama yang tergolong Unik, bukanlah nama yang “ya sudahlah”,  menurut saya nama seperti layaknya arsitektur, karya yang baik itu adalah karya yang dapat menimbulkan apresiasi, bukan karya yang “ya sudahlah”. Begitu juga dengan nama.
Saya sekarang study di jurusan arsitektur di ITS Surabaya, beberapa nama arsitek terkenal kebanyakan juga terasa  unik, bilanglah Le Corbusier , F. Lloyd Wright, Zaha hadid, Calatrava, Bjarke ingels dan siapa tau juga kelak tersemat nama Muskoni pada jajaran nama-nama besar arsitek dunia tersebut.
Astungkara.
Terima Kasih Bape atas “anugerah” Mu J



Powered by Blogger.